Assalamualaikum Wr. Wb.
Sekarang ini seperti yang kita tahu, banyak orang-orang yang menganggur seusai kuliah atau bisa juga kesulitan mencari pekerjaan. Di sekitar lingkungan saya, saya sering melihat ada orang-orang yang kesulitan mencari pekerjaan sehingga akhirnya saya pun khawatir dan bingung : ingin menjadi seseorang yang bekerja atau seseorang yang mempekerjakan?
Di era globalisasi sekarang ini, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang bagus sangatlah diperlukan. Begitu banyak siswa maupun mahasiswa yang berusaha menuntut ilmu setinggi mungkin. Hingga terkadang ada juga yang mencapainya dengan sekolah ke luar negeri dengan harapan akan memuluskan masa depannya kelak. Namun, apakah itu semua cukup untuk menjawab tantangan era globalisasi yang cenderung ekstrem ini? Apakah itu cukup untuk membangun Indonesia? Kalau menurut saya, itu semua belum cukup.
Kita tahu Indonesia adalah negara yang cenderung menciptakan pekerja-pekerja melalui lembaga pendidikan (sekolah) pada umumnya. Sehingga kita bisa melihat apa hasilnya : pengangguran. Ya, pengangguran dimana-mana. Entah di kota-kota besar maupun di pelosok desa. Pengangguran adalah situasi dimana jumlah angkatan kerja lebih banyak daripada lapangan kerja yang ada. Menurut saya, pengangguran adalah masalah utama di Indonesia yang harus sesegera mungkin dicari solusinya. Hal ini disebabkan karena pengangguran bisa merangsang timbulnya masalah lain yang lebih berat. Misalnya kemiskinan yang sekarang kita juga bisa melihat faktanya di masyarakat.
Nah, mungkin bagi orang-orang yang berkecukupan, bersekolah di luar negeri bukanlah sesuatu yang memberatkan. Namun, bagi orang-orang yang kurang berkecukupan, sekolah di dalam negeri saja merupakan sesuatu hal yang mewah. Saya tahu bahwa mutu sekolah dalam negeri juga tak kalah bagusnya dengan luar negeri. Tapi, manusia seperti apakah yang dicetak oleh sekolah-sekolah di Indonesia? Manusia pekerja dan pencari kerja. Itulah jawab saya. Mengapa? Sekolah-sekolah di Indonesia tidak pernah mengajarkan bagaimana anak didiknya untuk bisa menciptakan lapangan kerja yang baru bagi banyak orang. Tetapi mereka mengajarkan bagaimana cara bersaing dan berebut untuk mendapatkan lowongan kerja yang sangat sedikit jumlahnya. Hal ini bisa dilihat dari cara berpikir siswanya. Cobalah bertanya pada para siswa itu : apakah cita-citamu? Bisa jadi dokter, desainer grafis, akuntan, dan lain sebagainya. Apakah ada yang menjawab wiraswasta atau seorang yang mampu membangun lapangan kerja bagi orang lain? Mungkin ada tapi sangat sedikit jumlahnya.
Sekolah mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat yang menurut saya bisa diterapkan dalam menghadapi masa depan kelak. Namun, alangkah lebih baik lagi jika sekolah juga mengajarkan bagaimana cara membangun lapangan kerja baru dan tidak bergantung pada lapangan kerja yang telah ada sekarang. Misalnya terdapat bagian dari standar kompetensi yang mengajarkan bagaimana lapangan kerja baru terbentuk dari usaha-usaha kecil, penjelasan tentang berapa lapangan kerja di Indonesia yang telah ada, berapa kekurangannya untuk menutupi angkatan kerja yang ada dan lain sebagainya. Jika setiap siswa dibekali ilmu untuk mencipta lapangan kerja tentunya ini akan membantu mengatasi pengangguran yang sulit diatasi dan bertambah jumlahnya setiap tahun. Selain itu, kita bisa mengimbangi negara-negara luar yang cenderung terus membuat inovasi untuk menciptakan lapangan kerja yang baru. Harapan yang amat sederhana. Namun, mungkin sangat bermanfaat bagi Indonesia kelak. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Indonesia emang gitu ya ... sedih ya ,,, tragis memang ,,, Banyak banget pengangguran ... Tapi saat mau pemilu nih banyak pengangguran yang dapet kerjaan buat ngurusin kertas suara
ReplyDelete@ hilzone : iya tuh. Sekarang aja para pengangguran disuruh kampanye. Cagub2 pada tebar janji. Habis itu, ya... balik lagi jadi pengangguran... :(
ReplyDelete