Sunday, April 5, 2009

Demam Puitis

Assalamualaikum Wr. Wb.

Akhir-akhir ini entah kenapa saya jadi puitis dan berasa seorang penyair. Hehe... Sewaktu iiat langit biru, keluar kalimat yang indah dan jadi sebait puisi. Sewaktu dengar obrolan teman-teman, begitu juga. Sampai-sampai sewaktu tidur pun dipaksain bangun lagi cuma untuk mencatat kalimat yang ada di benak saya di hp sementara. Alhasil hp saya sekarang dipenuhi oleh kalimat-kalimat puitis yang jumlahnya lumayan banyak. Fiuuhh...

Sebenarnya sih saya senang-senang saja kalau lagi mode puitis. Saya pikir lumayan juga kesempatan ini dimanfaatkan untuk bikin puisi. Jadi nantinya kalau ada tugas bikin puisi, saya nggak perlu mikir lagi. Apalagi kalau disuruh bikin waktu bad mood. Wah, nggak bakal bisa keluar tuh idenya. Nah, mumpung lagi kena "Demam Puitis" saya nulis beberapa puisi deh. Contoh puisi yang saya buat:

Aku Terikat

Angin malam mengikatku menjadi satu
Menyeretku ke lembah manusia dalam
Meraih-raih
Akar kayu yang bergelantungan

Sepanjang malam aku terhenyak
Melihat udara panas di ubun-ubunku
Menyapa dirimu yang menari-nari dibawahnya
Mencoba menghirup hambarnya
Dadaku tergelitik
Berpaling tapi tak kunjung pergi

Aku terpaku
Pada dia yang mengikatku
Dan tertawa tak henti

Kira-kira menurut teman-teman blogger, apa isi puisi yang saya buat di atas nih? Kalau bisa lebih detail lagi, siapa "dia" di puisi itu. Saya pengen tahu pendapatnya. Mungkin aja apresiasi masing-masing orang kan berbeda. Oh ya, jawabannya dari saya bisa dibaca dibawah ini.


Dan jawabannya adalah...

Puisi "Aku Terikat" ini dibuat sewaktu saya mau tidur. Waktu itu, saya lagi sakit radang tenggorokan dan flu berat. Hampir sebagian besar teman-teman, pasti pernah kena flu ya. Nah, apa yang dirasain pas mau tidur? Susah tidur! Hahaha itulah yang saya rasakan. Susah tidur karena flu. Jadi, "dia" yang saya maksud itu adalah flu. Bukan teman, gebetan ataupun pacar! Siapa yang benar? Hayoo tunjuk jari!! Hehe.. Begini, saya jengkel karena batuk terus-terusan dan jadi nggak bisa tidur. Belum lagi radang tenggorokannya bikin sakit pas nelen ludah. Ya udah, diantara merem melek dan jengkel itu keluar kalimat demi kalimat di pikiran saya sampai membentuk puisi.

Hikmahnya : ternyata puisi bisa dibikin kapan saja. Termasuk sewaktu sakit juga. Dulu saya kira bikin puisi itu harus dengan suasana yang tenang dan pikiran yang jernih. Lagi jatuh cinta atau lagi patah hati. Ternyata nggak juga!

Wassalamualaikum Wr. Wb.

6 comments:

  1. duhh puisi sedang sakit aja keren..
    gimana kl lg jatuh cinta hehehehe...
    seepp terus berkarya teman....

    ReplyDelete
  2. @ Li : makasih... kalo lagi jatuh cinta... :3

    ReplyDelete
  3. ajarin dunk.. biar ane bisa Puitis kaya ente.. Please..

    ReplyDelete
  4. Haha... Saya cuma mencoba mendalami setiap hal yang ada disekitar saya..
    Terus banyak baca2 juga. Terutama puisi atau cerita2 yang puitis misalnya tentang cinta. :)

    ReplyDelete
  5. sehempas udara membawaku datang kesini..
    di wadah dari kehampaan sunyi..
    yang melumpuhkan kenyerian sepi..
    membuat hidup kembali berarti..

    hee..

    au tuh artinya apah..

    sukses sob..

    ReplyDelete
  6. Hwaa... bahasanya tingka tinggi euy...
    Hehe... kira-kira artinya... mmm...
    mampir ke sini! gitu aja. Hehe.. :P

    ReplyDelete