Assalamualaikum Wr. Wb.
Catatan dari catatan. Empat paragraf. Tak layak disebut cerpen, tak pantas disebut syair. Hanya sekadar catatan dari hiruk-pikuk jalanan siang itu.
Pagi menjelang siang. Terik matahari menyemangati peluh yang terus mengalir. Puluhan atau bahkan ratusan bapak-ibu berebut jalan. Masing-masing menuju tujuan yang sama. Sekolah. Mau menuntut ilmu lagikah? Tentu bukan, kawan. Mereka berencana mengambil catatan putra-putrinya.
Detik jam ikut menunggu dibagikannya catatan itu. Diawali dengan sedikit basa-basi seorang berbaju krem kecoklatan yang (katanya) memberi pengarahan dan saran. Aku memilih menunggu di luar sambil memperhatikan lalu-lalang bapak-ibu. Menyimak dengan seksama topik yang dibicarakan.
Mereka saling membanggakan angka-angka yang berderet rapi di dalam catatan masing-masing. Seolah beradu mulut melebihi debat capres yang monoton itu. Saling serang tanpa henti sampai ada salah satu yang mengalah. Atau lebih tepatnya sang anak yang tak sabar dan tertekan, merengek pulang. Sebagian orang menyingkir dan merasa lebih baik menyimpan rapat catatan itu dibalik kemeja, membiarkan tinta merahnya basah oleh keringat. Bahkan kalau perlu luntur saja sekalian. Harap mereka.
Lewat satu fase. Bapak datang dengan buku catatan abu-abu. Kupandangi catatan itu. Hanya sebuah catatan biasa yang berisi namaku dan angka-angka. Apa menariknya? Tapi anehnya aku selalu berusaha menghitamkan semua tintanya. Padahal tinta hitam toh banyak dijual dimana-mana. Aku alergi kalau angkanya kurang dari tujuh puluh lima. Padahal hanya sekadar batas yang tak nyata terlihat. Aku takut kalau kata ’naik’ digaris mendatar dengan sempurna. Padahal cuma satu kata yang tercoret. Sungguh begitu ajaibnya catatan ini! Magic mungkin. Ah, aku tahu. Satu fakta, hanya ini yang saat ini mampu membuat mereka bangga pada putra-putrinya. Termasuk padaku.
(Ditulis dengan ditemani catatan abu-abu bertinta hitam yang membuatku tersenyum.)
Wassalamualaikum Wr. Wb.
bagi rapot niyeeeee........
ReplyDeletehehe yg pintem tintanya..item...
wah, kalau nilai nya bagus tapi hasil dari sebuah ketidak jujuran, bakalan gak seru lho
ReplyDeletebtw ini bagi raport ya, nilai2 nya tika bagus kan ? :D
@ Ducky : Iya, kemarin sabtu, Mbak. Hehehe :D
ReplyDelete@ Jonk : Iya, karena tau hal itu, insya Allah saya nggak nyontek selama mengerjakannya. Dulu pernah sekali. Sekalinya saya nyontek itu saya malah remidi. Sejak itu saya kapok nyontek lagi. Alhamdulillah nilainya bagus. Ada peningkatan walau sedikit. :)
catatan dari catatan
ReplyDeletehanya sekedar coretan
dari hati dari pikiran
yang kadang membuat heran
wkwkkwk....apa siyhhh...ga jelas yah bu ???
salam kenal yahhh.....saling berpollow yukkk :)
ehm,ehm,, anak pinter.. selamat ya tika.. liat endingnya gitu pasti bagus nih nilainya..
ReplyDeletesalut.. sekarang kan pake SBI susah tuh standarnya.. :)
wah lagi terima rapor ya...
ReplyDeleteselamat ya nggak da yang merah. hehehe..
emang ngeblog nggak bikin goblog. ini salah satu buktinya. hehe..
di tunggu cerita asik selanjutnya..
@ Rheeaz : Wih, keren! Itu pantun ya? Ayukk... :)
ReplyDelete@ Mbak Ririn : Makasih. Lumayanlah Mbak nilainya. Iya, standarnya kegedean, padahal soalnya susah :(. Tapi tetep harus semangat!
@ Jimox : Oke. Setuju kalo ngeblog nggak bikin goblog. :D
tolong ya Mbak Tika
ReplyDeletelink blog saya yang di tukar link "Faisal" diganti dari panenrupiah.blogspot.com ke www.faisalrahadian.net
makasih sebelumnya
ikut nimbrung ucapan selamat ke mba ini aja deh.. lam kenal mba... tukeran link dan saling share yuk.... ditunggau yah??
ReplyDelete@ Faisal : oke, akan segera saya ganti. :)
ReplyDelete@ Masbahak : iya. akan segera dilink.